LACAK NEWS – Klaten – Kecamatan Trucuk secara resmi mengukuhkan Tim Reaksi Cepat (TRC) sekaligus menyelenggarakan pelatihan Medical First Responder (MFR) tingkat kecamatan. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, mulai 2 – 4 September 2025, bertempat di Aula Merapi kantor BPBD Kabupaten Klaten.
Peserta pelatihan berasal dari 18 desa se-Kecamatan Trucuk, masing-masing mengirimkan dua perwakilan yang terdiri dari perangkat desa dan relawan desa juga unsur dari kecamatan.
Acara diawali dengan pembacaan Surat Keputusan Camat Trucuk Kabupaten Klaten Nomor 300.2/3 Tahun 2025 tentang Pembentukan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Kecamatan Trucuk Tahun 2025. Setelah itu dilanjutkan dengan pengukuhan TRC Kecamatan Trucuk serta penyematan tanda peserta pelatihan secara simbolis.
Camat Trucuk, Marjana, S.IP., M.H., dalam sambutannya menyampaikan ucapan selamat datang kepada seluruh peserta. Beliau berharap pelatihan MFR ini dapat diikuti dengan serius oleh Tim Reaksi Cepat yang baru saja dikukuhkan sehingga mampu menuntaskan pelatihan dengan hasil maksimal.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Klaten, Syahruna, S.H., C.H., menegaskan bahwa Kecamatan Trucuk merupakan salah satu wilayah dengan potensi risiko bencana maupun keadaan darurat medis. Oleh karena itu, keberadaan Tim Reaksi Cepat di tingkat kecamatan sangatlah penting.“Tim ini diharapkan mampu menjadi garda terdepan dalam memberikan pertolongan pertama yang cepat, tepat, dan terkoordinasi kepada masyarakat yang terdampak,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa melalui pelatihan ini para peserta akan dibekali oleh tim dari Basarnas dengan pengetahuan, keterampilan, serta sikap profesional dalam penanganan korban gawat darurat.
“Harapan kami, setelah mengikuti pelatihan ini, Tim MFR Kecamatan Trucuk tidak hanya siap siaga, tetapi juga mampu memberikan pelayanan kemanusiaan dengan penuh tanggung jawab, disiplin, dan kerjasama yang baik,” imbuhnya.
Dengan adanya pengukuhan TRC sekaligus pelatihan MFR ini, Kecamatan Trucuk semakin memperkuat kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana dan keadaan darurat medis, sekaligus meningkatkan kapasitas relawan desa sebagai ujung tombak pelayanan kemanusiaan di tingkat lokal.(Cobra)